puisi

Diposting oleh chairil muhsin laskar senja
Senin, 15 Juni 2009

Kemelut Cinta

Derai tangis menyibak angkasa
Membuka tirai kepedihan
Meluapkan samudra kegagalan
Cinta yang dulu pernah bersinar
Kini tlah padam dihempas
Oleh pengkhianatan

Hatiku terluka
Menganga lebar
Menuntut murka
Uh…….
Sakit…….
Sakit…….
Hatiku tak tertahankan oleh perih
Oh….diriku serasa mendidih
Membeku dalam dinginnya malam
Menyusup halus dalam ribuan bintang

Derasnya aliran mataku
Tak terbendung oleh kata-kata
Detik-detik bahagia yang kunanti
Hilang….
Sirna……
Disaat ku bermimpi buta
Hari-hariku ditemani linangan air mata
Tetes demi tetes
Merubah raut muka
Oh…
Inikah suratan
Yang terukir dalam alam kedamaian

Tikaman belati yang kau tancapkan
Melekat erat di relung hatiku
Pedih……perih…..menyanyat….
Pedih…..nyeri……sakit……
Kau sama sekali tak punya perasaan
Seenak perutmu merusak tali kepercayaan

Kasih…..
Pengkhianatanmu sudahlah cukup
Kutak sanggup lagi menahannya
Biarlah angin tipis
Yang menjadi saksi bisu
Perpisahan antara kita berdua
Kau jangan lagi muncul dalam hidupku
Pergilah nunjauh kesana
Jangan lagi kau muncul dalam hidupku
Biarkanlah aku hidup tenang
Menikmati massa yang akan datang
Mengurai kata bahagia sampai ajal menjelang

Wahai sang pujangga hati
Musnahkanlah kata maafmu
Karena…..
Kusudah letih dengan semua ini




Berkemah


Dihalau padang lembah memanjang
Dihimpit hutan sungai dan pegunungan
Ku berada di tengah-tengah arenanya
Awan tipis ikut menyemarakkan pagi ini

Desiran angin membuatku meronta
Indahnya sang surya memanaskan ribuan selaksa
Ku bangun di peraduan
Menggamit dunia
Seolah tanpa hayalan

Dibawah bukit barisan ku berkemah disana
Bertanding melawan nyali
Mengikuti arena yang menggetarkan hati
Ku ingin berguna bagi bangsa
Ku ingin menambatkan impianku pada dunia

Kemah indah bila di rasa
Enak bila dikau dikenang
Takkan lapuk ku bercerita tentang engkau
Karenamu ku bisa mencintai alam
Alam Indonesia yang subur makmur
Berseri dipangkuan bunda pertiwi


Api Unggun

Menjilat-jilat kengkasa
Dikelilingi oleh samudera sang pengelana
Berbagai aksi ditunjukkan dalam wana keceriaan
Kau memanaskan tubuh yang mulai kedinginan
Menerangi yang butuh penerangan

Dalam laksa bahasa isyarat yang ku kembangkan
Pancaran sang rembulan menerangi aksi di malam ini
Malam yang penuh keceriaan lagi kebahagiaan
Tergambar jelas wajah-wajah manis
Terpias oleh temaram sang malam

Moment yang paling berarti
Ku takkan luput darinya meski hidupku telah tua
Akan ku ingat masa itu
Dimanapun aku berada
Dan sampai akhir hayat ini telah tiada

Posting Komentar

eits jangan di close dulu, tinggalin pesan dung buat aku...!!!!

Blogger Template New Plus Blue

Designed by : Edo Pranata XML Coded by : Edo Pranata